Makna Tersirat di Atas Kanvas

Judul Lukisan : Potret Diri dan Topeng-topeng Kehidupan
Pelukis : Affandi Koesoema
Tahun Terbit :
1961
Media :
Cat minyak dan kanvas
Lukisan adalah karya seni yang proses
pembuatannya dilakukan dengan memulaskan cat dengan kuas lukis, pisau palet
atau peralatan lain, yaitu memulaskan warna dan nuansa gradasi pada media
seperti permukaan kertas, kanvas atau dinding. Lukisan
di atas merupakan karya Affandi yang berjudul "Potret Diri dan
Topeng-topeng Kehidupan" yang dibuat pada tahun 1961 dengan media cat
minyak dan kanvas. Seniman yang bernama lengkap Affandi Koesoma ini merupakan
maestro seni lukis di Indonesia yang lahir pada tahun 1907 di Cirebon. Ayahnya,
R. Koesoma bekerja sebagai mantri ukur pabrik gula memberikan peruntungan
sendiri bagi Affandi untuk mengenyam berbagai tingkat bangku pendidikan (dalam
sistem Kolonial Belanda) mulai dari Hollandsch-Inlandsche School (HIS), Meer
Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) dan Algemeene Middelbare School (AMS). Salah satu pelukis ternama di Indonesia ini juga
merupakan pelukis idola para pecinta seni lukis di Indonesia maupun manca
negara dengan aliran ekspresionisme.
Karya Lukisan sang Maestro Afandi yang
berjudul "Potret Diri & Topeng-topeng Kehidupan" merupakan salah
satu karya langka dan istimewa dari Affandi diantara karya-karya istimewa
lainya, namun lukisan ini memiliki nilai falsafah hidup yang dalam, di mana
setiap individu manusia yang ada di dunia ini terlahir sebagai makhluk yang
paling sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lainya seperti
malaikat, jin, hewan, dll. Kesempurnaan manusia itu sendiri terwujud karena
adanya kelemahan terbesar yang dimiliki manusia yaitu hawa nafsu yang cenderung
berbuat untuk mengingkari kodrat sebagai makhluk yang sempurna, dan seringkali
hawa nafsu digoda oleh berbagai bisikan-bisikan setan yang menyesatkan.
Di sini perwujudan dari bisikan-bisikan setan
itu dilukiskan Affandi seperti sosok topeng-topeng yang berperan sebagai tokoh
kejahatan dalam cerita-cerita Jawa. Pada sisi kiri terdapat lukisan wajah atau
topeng berwarna merah darah dengan rambut-rambut gimbal tak beraturan berwarna
hitam. Wajah tersebut digambarkan juga dengan gading, lidah yang menjulur
keluar serta mata hitam bundar dengan kelopaknya yang berwarna kuning melotot
lebar. Kemudian di atas terdapat sosok wajah yang digambarkan tidak terlalu
sempurna dengan mata hitam bundar, alis yang terangkat tinggi, lubang hidung
yang lebar dan bibir merah yang tebal. Rambutnya digambar secara abstrak dan melingkupi
backgroud di belakangnya. Adapun pada sisi kanan juga terdapat lukisan wajah
yang digambarkan berupa garis-garis berwarna hitam, hijau, hitam dan biru.
Matanya melotot berwarna hitam kehijauan, lubang hidungnya lebar, mulutnya
terbuka lebar serta terdapat rambut-rambut gimbal yang melingkupi wajahnya.
Selain itu di atasnya juga terdapat lukisan wajah lain yang digambarkan secara
abstrak berwarna merah. Topeng-topeng itu sendiri cenderung bukan wajah asli
dari diri manusia, dia adalah perwujudan dari bisikan-bisikan jahat yang
menutupi hati dari kebenaran, sehingga membentuk karakter dalam tingkah laku
dalam kehidupan nyata. Dan di tengah topeng-topeng tersebut terdapat seorang
pria
yang matanya terlihat memejam dengan
kerutan-kerutan pada dahi dan wajahnya, ia bertelanjang dada dan memiliki
ciri-ciri perawakan berambut gimbal, gondrong, berjanggut dan berkumis lebat yang
dengan dramatisnya berdiri diantara sosok-sosok topeng yang seakan membisikinya
agar tergoda dan menentukan pilihan yang salah dalam dirinya.
Dari lukisan tersebut dapat diambil kenyataan
bahwa manusia merupakan makhluk yang gambang sekali terpengaruh oleh
pikiran-pikiran buruk, kecuali mereka manusia-manusia yang kuat, sabar, tegar
dan selalu mendapat petunjuk dari Tuhan, yang bisa mengendalikan nafsu dengan
baik dan benar dari godaaan bisikan topeng-topeng kehidupan, sehingga nafsu
tersebut menjadi kendaraanya menuju kesempurnaan.
Lukisan ini apabila dilihat ia menggunakan
dominasi warna-warna komplementer atau warna-warna yang saling berlawanan
seperti terdapat warna-warna merah dan hijau, dan beberapa kombinasi warna yang
kompleks karena mencampurkan warna apa saja, Lukisan tersebut lebih di dominasi
warna-warna gelap yang banyak digunakan pada warna rambut dan background.
Selain warna yang mendominasi juga dalam lukisan tersebut mengandung
unsur-unsur garis organis dan tidak beraturan yang membentuk objek secara
nyata. Sentuhan warna dasar yang cenderung lebih terang memberikan kesan
lukisan lebih hidup disertai garis-garis ekspresif yang menjadi penyeimbangnya,
serta warna merah sebagai penguat objek lukis. Adapun lukisan ini merupakan
lukisan dengan aliran ekspresionisme yaitu aliran seni lukis yang mengutamakan
kebebasan dalam bentuk dan warna untuk mencurahkan emosi atau perasaan.
Hasil
karya Affandi ini memiliki manfaat dan energi yang cukup besar bagi setiap
orang yang memahami maknanya, makna untuk berjuang menghadapi dan melawan hawa
nafsu yang tertanam di dalam diri manusia. Hawa nafsu yang akan bertumbuh bila
diikuti dan menjadi energi negatif bagi seseorang, yang dapat menghancurkan
kehidupannya dan menjadi potret orang yang gagal. Sebaliknya, jika manusia
dapat menlawan hawa nafsunya sendiri maka dapat dikategorikan sebagai manusia
yang kuat, sabar, tegar, dan selalu mendapat petunjuk dari Tuhan. Para pecinta
seni lukis, sering kali menjadikan lukisan “Potret Diri & Topeng-topeng
Kehidupan" sebagai sarana untuk mengapresiasi seni lukis karena lukisan
ini tergolong unik dan memiliki makna yang mendalam bagi kehidupan manusia.
Pemilihan warnanya juga tidak biasa karena menggunakan dominasi warna-warna
komplementer dan kombinasi warna yang kompleks sehingga menarik untuk dilihat
dan diapresiasi. Namun, bagi sebagian orang yang tidak memahami makna tersirat
dari lukisan ini akan menganggapnya biasa saja karena aliran yang digunakan
hampir mengarah ke abstrakisme sehingga sulit bagi sebagian orang untuk
memahaminya.